Latihan Dansa #1

Dilahirkan di Keluarga Bangsawan Pureblood Terhormat Noir memiliki keistimewaan tersendiri. Segala fasilitas nomor satu, hak-hak istimewa bangsawan yang masih bisa mereka dapatkan meski secara tertulis kedudukan bangsawan di Perancis dianggap sama setelah Revolusi Perancis —yang omong-omong, sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan para penyihir. Itu kan urusannya para Muggle— Tidak jarang keberuntungan lah yang menyapamu terlebih dahulu.

Seperti sekarang.

Pesta Dansa di Hogwarts. Dimana yang diizinkan ikut hanyalah kelas tiga ke atas. Dan, guess what? Dia kelas tiga tahun ini. Betapa beruntungnya dia. Well, he is a Noir, anyway. He deserved it. Seorang Rigel du Noir, tak bisa datang ke acara pesta dansa?

Better he dead.

Bagaimana dengan pasangan dansamu nanti, Rigel? Sejauh ini kau belum mengajak siapapun. Tidakkah kau takut kau akan kehabisan gadis cantik untuk diajak berdansa?

Kau bercanda, ya? Dia. Rigel. du Noir. Dia bisa mendapatkan gadis yang dia mau semudah dia menjentikkan jarinya. Tidakkah kau lihat sorot mata para gadis yang meleleh di bawah tatapan matanya? Atau mungkin kau melupakan desah napas tertahan rombongan gadis di koridor saat Rigel berlalu di depan mereka, meninggalkan jejak wangi sabun kayu Ivory di belakangnya yang dengan rakus mereka hidup. Well, sejauh ini Rigel memang belum meminta secara langsung pada siapapun. Dia masih memilih. Mana gadis yang paling dia inginkan berdiri di sampingnya saat memasuki Aula Besar. Mana gadis yang paling dia inginkan untuk berdansa dengannya. Dan mana gadis yang pantas bersanding dengannya. And well... Latihan dansa. Hmm... Parfait. Une bonne chance de choisir la fille, batin Rigel saat Profesor McGonagall membersihkan lantai Aula Besar setelah waktu makan mereka. Meja-meja panjang Asrama menghilang entah ke mana. Mantera yang bagus, ngomong-ngomong. Kapan McGonagall mengajarkannya, ya? Siapa tahu aku bisa melenyapkan Père. Ha-ha. Kidding. As if.

Bersandar pada dinding, Rigel mengawasi McGonagall menyalakan gromofon. Musik waltz mengalun lembut. Ah. Kapan terakhir kali pemuda itu berdansa? Sudah lama, pastinya, mengingat kali terakhir dia berdansa adalah saat dia masih tinggal di Perancis. Dia sudah meninggalkan Perancis selama hampir tiga tahun, ingat? Meski begitu, Rigel belum melupakan langkah-langkah dansa yang diajarkan guru Tata Krama-nya dulu. Ayolah. Seorang Noir, tak bisa berdansa? Jangan mengaku Noir, kalau begitu.

Mata Rigel masih mengawasi Profesor McGonagall meminta seorang anak Hufflepuff untuk menjadi pasangannya berdansa —MacManus, kalau dia tidak salah ingat. Salah satu juara Asrama. Rigel mengangkat sebelah alisnya. Nenek tua itu benar-benar akan berdasa? Whoa. Kesempatan langka. Rigel mengerling Carey dan juga Sinistra yang ikut bergabung di lantai dansa. Hmm... rupanya para guru yang antusias menyambut pesta dansa ini bukan hanya McGonagall. Commencerons-nous maintenant, le professeur? Rigel rasanya sudah menunggu selama seabad hingga acara latihan dansa itu dimulai. Matanya mulai menyisir seluruh isi Aula. Mencari-cari siapa yang bisa diajaknya berdansa. Harap dicatat, belum tentu gadis itu akan jadi pasangannya ke pesta dansa.

Mieux vous remerciez à Dieu, filles. Parce que vous êtes les fortunés ce soir. Rigel memilih random seorang gadis. A-ha. What a coincidence. Rigel mengenal gadis itu. Vionna, yang kebetulan bertemu dengannya di danau tempo hari. Rigel melangkah mantap mendekati gadis itu, tatapan matanya tertuju hanya pada dia. Senyumannya merekah perlahan. "May I have the honour to have a dance with you, Mademoiselle?" sapa Rigel dengan nada lembutnya yang biasa. Tangan kanannya terlipat di depan perutnya, punggung membungkuk singkat. Rigel tidak melepaskan tatapan matanya dari gadis itu. Tanpa menunggu jawaban dari Vionna, Rigel mengangkat tangan kanan gadis itu perlahan, dan mengecup ringan punggung tangannya. "One song, if you don't mind," lanjutnya.

Bagaimana kalau dia Mudblood?

Bodoh kau, Rigel. Stupide. Kenapa tidak kau tanya dulu sebelum mengajaknya berdansa? Siapa tahu dia terlalu GR dan mengira kau akan mengajaknya ke pesta dansa juga. Lebih baik kau berdansa dengan Jembalang daripada dengan Mudblood.

Mudblood? Sepertinya menyenangkan kalau aku mempermainkannya sedikit. Menarik. Kita lihat bagaimana nanti reaksinya.


- Parfait. Une bonne chance de choisir la fille = Sempurna. Kesempatan bagus untuk menyeleksi para gadis itu.
- Commencerons-nous maintenant, le professeur? = Bisakah kita mulai, Profesor?
- Mieux vous remerciez à Dieu, filles. Parce que vous êtes les fortunés ce soir. = Bersyukurlah, girl. Karena kaulah yang beruntung malam ini.
- Stupide = Bodoh.


Thread Latihan Dansa, Aula Besar, 1976, Post ke-1.

Interaksi dengan Vionna McKenzie. Some quote and descriptions credit to her.

0 Comments:

Post a Comment



Newer Post Older Post Home