Semilir angin yang berhembus mempermainkan rambut pirang Madame Noir yang tergerai panjang. Udara panas rasanya tidak terasa di bawah naungan payung besar di beranda toko. Meski efeknya membuat es krim mereka cepat mencair, Rigel tidak keberatan. Suasana ini membuatnya merasa sedang berada di Perancis, di beranda favoritnya di Palais du Noir, tempat dia sering menghabiskan sore hari. Hampir saja Rigel kelepasan mengatakan kalau dia rindu Perancis. Tidak, dia harus terlihat tegar di depan Mère-nya. DIa tidak mau Madame Noir menjadi khawatir karena belum apa-apa Rigel sudah tidak betah di Inggris.

Rigel mengalihkan pandangannya, melihat-lihat jalanan di sekelilingnya. Sangat ramai, Diagon Alley jadi terlihat sangat sumpek karena banyaknya orang yang berlalu lalang. Rigel mengernyitkan hidungnya. Diagon Alley jadi terlihat kumuh dan berantakan. Kalau tak ada toko ini yang membuatnya betah, sejak tadi dia mungkin sudah menarik tangan ibunya untuk cepat-cepat menyelesaikan berbelanja. Rigel tak begitu suka berdesakan di tengah kerumunan orang. Dia bangsawan, tidak seharusnya berdesak-desakan dan berebutan tempat layaknya rakyat jelata. Mungkin itu juga yang membuat Madame Noir sudah mengajaknya makan es krim, padahal mereka belum mulai berbelanja. Menghindari kerumunan orang banyak yang membuat sesak.

Mata Rigel menangkap sesosok gadis Asia yang satu meja dengannya saat di leaky Cauldron tadi. Gadis itu sudah ada di dalam toko, entah sejak kapan. Dia memandangi Rigel dan Madame Noir dengan tatapan ketus. Rigel mengangkat alisnya sedikit. Tadi pun, saat di Leaky Cauldron, gadis itu beberapa kali meliriknya tajam. Entah apa yang salah dengannya. Rigel merasa penampilannya sekarang baik-baik saja, tak ada yang aneh. Terlalu tampan, barangkali? Rigel tersenyum geli memikirkan kata-katanya sendiri.

"Memperhatikan siapa, Rigel?" tanya Madame Noir. Rigel tersentak, dia gelagapan. Tidak menyangka Mère-nya memperhatikan tindak tanduknya sejak tadi. Rigel cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Elle est une belle fille," perkataan Madame Noir berikutnya membuat Rigel hampir tersedak. Rien! Kenapa Mère bisa tahu? Rigel mengumpat-umpat dalam hatinya.

"Memangnya kalau cantik kenapa?" Rigel akhirnya bersuara. Sedetik kemudian, dia menyesali perkataannya. Itu malah memancing Madame Noir menggodanya lebih jauh. "Mère, dia bukan siapa-siapa. Hanya seorang anak perempuan yang menatapku tajam saat di leaky tadi. Entahlah, apa salahku padanya. Kenal juga tidak," tambah Rigel. Madame Noir hanya menatap dengan pandangan penuh arti. Rigel memutar bola matanya. Sudahlah. Percuma melayani godaan Mère-nya lebih lanjut. Hanya akan memancing godaan berikutnya.

Seorang gadis berambut hitam mendatangi meja mereka, wajahnya nampak cemas. Rigel amat bersyukur melihat kedatangannya, menyelamatkan dia dari godaan Madame Noir berikutnya. Detik berikutnya, anak itu malah membuat Rigel lagi-lagi hampir menyemburkan es krimnya, kali ini karena tak kuat menahan tawa. Sepertinya gadis itu mengira Rigel dan Madame Noir tidak mengerti bahasa Inggris, karena dia berbicara dalam Bahasa Perancis yang amat sangat buruk sekali, sepatah-sepatah.

"Ada apa, Nona?" tanya Madame Noir dalam Bahasa Inggris. Rupanya, Madame Noir pun mengerti kalau gadis ini tidak bisa berbahasa Prancis. Madame Noir hanya tersenyum, dan mengikuti arah yang ditunjukkan gadis itu. Tampak di dalam toko sudah terjadi sedikit kekacauan. Seorang gadis lain menumpahkan es krimnya. Rigel geleng-geleng kepala. Apa di Inggris menumpahkan es krim sudah jadi kebudayaan? Tadi di Leaky Cauldron pun, ada seorang anak yang menumpahkan es krimnya ke kepala orang lain.

"Itu temanmu yang terkena es krim?" tanya Madame Noir lagi. Dia memberi isyarat pada Rigel untuk masuk. Rigel mengikuti dengan enggan. Untuk apa Mère susah payah menolong anak itu? Rigel menggerutu dalam hati. Meski sebenarnya dia sudah tahu alasannya. Seorang bangsawan yang baik, harus ramah pada para rakyatnya. Jangan sampai rakyatnya mengira mereka sombong dan tinggi hati. Rigel memasang senyumnya yang biasa, berusaha menyembunyikan kekesalannya.

Madame Noir mendekati gadis berambut coklat yang ketumpahan es krim itu. DI sebelahnya, seorang gadis berambut hitam berusaha membersihkan noda es krimnya dengan panik. "Tak usah panik, Nak. Biar kubantu membersihkannya," kata Madame Noir, lagi-lagi dalam bahasa Inggris, dan melambaikan tongkatnya, sambil menggumamkan "Scourgivy." Seketika noda es krim tersebut hilang. Madame Noir kembali tersenyum. Mulutnya terbuka hendak berkata sesuatu, namun apapun yang hendak dia katakan, seketika tenggelam dalam suara ledakan yang cukup keras.

DHUARRRR...

"Mère, montre dehors!!" Rigel refleks menarik Madame Noir tiarap di balik meja terdekat. Dia tidak peduli lagi pada ketiga gadis di sekitarnya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah jangan sampai Mère-nya terluka sedikitpun. Ledakan apa itu?! Apa ada yang menyerang toko ini? Namun bau yang menguar sedetik kemudian membuatnya langsung tahu apa yang baru saja meledak. Bom Kotoran.

" Pour l'amour de Merlin! Siapa orang bodoh yang melemparkan Bom Kotoran di dalam toko?!" seru Rigel marah. Jelas saja dia marah. Dia sudah terlanjur punya perasaan khusus pada toko ini, yang dianggapnya sebagai obat kerinduannya pada Perancis, kampung halamannya. Dan sekarang ada orang bodoh yang melemparkan Bom Kotoran di dalam toko? Rigel bertaruh, orang itu pastilah Darah-Lumpur yang tidak tahu apa-apa tentang dunia sihir, apalagi Bom Kotoran. Orang-orang norak! umpatnya.

Baru saat ledakan sepertinya sudah mereda, Rigel dan Madame Noir bangun. Seluruh toko tercemari bau kotoran, cipratan kotoran bertebaran di mana-mana. Sekarang berganti dengan hiruk pikuk para pelanggan yang panik dan juga para pelayan toko yang berteriak-teriak menenangkan suasana.

"Siapa orang bodoh yang sudah mengacau ini? Tak akan kuampuni!" Madame Noir berseru kesal. Matanya menjelajah sekeliling ruangan, dan berhenti melihat seorang anak berambut coklat pendek yang dikuncir dua, berdiri di tengah kekacauan itu. Kedua tangannya kotor, seperti sudah bisa diduga. Madame Noir langsung menghampiri anak itu.

"Anak bodoh! Kau pasti hanya Darah-Lumpur pengacau yang tidak tahu apa-apa dan hanya mengotori Dunia Sihir! Tindakanmu barusan sudah merugikan toko ini! Kemana otakmu?! Kau layak mendapat hukuman!" Madame Noir membentak anak itu, ekspresi kemarahannya benar-benar mengerikan. Seumur hidup, Rigel belum pernah melihat Mère-nya semarah itu. Rigel bergidik, bersyukur bukan dia yang menyebabkan Mère-nya semarah itu. Firasatnya mengatakan, akan terjadi sesuatu karena kemarahan Madame Noir.

"Petrificus Totalus!" seruan mantap terdengar disusul kilatan cahaya yang menerpa tubuh anak perempuan itu. Seketika badannya menjadi kaku. Rigel hanya melongo, tidak mengira dengan tindakan drastis Mère-nya. Mère yang selama ini selalu anggun dan menjaga tata krama bisa mengerikan seperti itu. Dia mencatat dalam hati untuk tidak membuat Mère-nya marah besar seperti ini. Dia tidak mau menjadi sasaran mantera sebagai hukuman, merci.

"BEGINIKAH CARA KALIAN MEMPERLAKUKAN PELANGGAN??! DASAR MAKHLUK TOLOL KAMPUNG RENDAHAN!"

Rigel menoleh, melihat seorang gadis lainnya yang berteriak marah kepada pegawai toko es krim. Rigel yang tidak terima mereka dimarahi karena kesalahan tolol gadis yang kemungkinan besar Darah-Lumpur itu, balas berteriak,

"Apa kau buta? Jelas-jelas anak itu yang melemparkannya, ini sepenuhnya bukan kesalahan pemilik toko!" teriak Rigel emosi, tangannya menunjuk ke arah anak perempuan yang sekarang sudah mematung di tempatnya. Madame Noir sepertinya tidak menyadari telah terjadi pertengkaran kecil lain, karena sibuk mencari pemilik toko itu di antara beberapa pegawai yang sedang sibuk membersihkan kembali seluruh ruangan. Dalam sekejap, seluruh pelanggan sudah pergi. Tampaknya tinggal mereka yang masih tersisa di dalam.

"Mère, kita pergi saja dari sini!" seru Rigel kesal pada Madame Noir yang sedang berbicara dengan si pemilik. Kontan wanita itu mengangguk. "Aku sudah mengurus pelakunya. Dia sudah kuberi hukuman, terserah pada kalian anak itu mau diapakan. Aku pergi dulu, terima kasih atas jamuan es krimnya," ujar Madame Noir pada si pemilik yang hanya bisa terbengong-bengong dengan wajah pucat melihat tokonya porak poranda hanya dalam beberapa detik. Rigel sudah tidak tahan. Dia berlari ke luar toko, mencari udara segar yang tidak tercemar bau kotoran. Dia bau. Sial. Rupanya tadi dia terkena kotorannya. Aku minta Mère saja untuk membersihkan, batinnya kesal. Dia semakin membenci Inggris.


Thread Florean Fortescue’s Ice Cream Parlour v.2 (1974), Diagon Alley, 1974, post ke-2.

Satu thread dengan Arzu Evenstar, Aria Duncan, Athalie Ng, Evania Goldwin, Kathleen C. Herdma, Destiny McLight, Dreirtne T Droweseunravel, Sella Bloompicers, Arianne Ravell, Rebelnackle Talented, Charisa Victoricallus, Gabrielle N. McMoney, Reyfan N. Mentzer
(Rigel keluar sebelum chara baru bergabung masuk). Credit quotes and some descriptions to those chara.

0 Comments:

Post a Comment



Newer Post Older Post Home