Latihan Dansa #2

With Pleasure..."

Senyuman tipis tersungging di bibir Rigel mendengar jawaban gadis itu. With pleasure. Naturellement. Jawaban apa lagi yang diharapkan keluar dari mulut gadis itu selain kebersediaannya? Diajak berdansa oleh seorang bangsawan tampan, kaya dan pureblood seperti Rigel, bodoh kalau ada yang menolak. Rigel menarik lembut gadis itu ke tengah-tengah Aula, di mana beberapa pasangan sudah mulai berdansa mengikuti alunan lagu dari gromofon. Rigel melingkarkan tangan kirinya ke pinggang ramping Vionna, memperlakukan gadis itu layaknya vas porselen termahal di dunia. Tangan kanannya masih belum melepaskan genggamannya pada tangan Vionna, menggamitnya dengan lembut. Keduanya berayun seiring alunan lagu.

"Eh, apakah seperti ini dansa yang kau harapkan? Uhm....maaf jika aku kurang pandai berdansa, maybe... kau bisa mengajariku..."

Senyuman Rigel kembali merekah perlahan. Well, Rigel bisa melihat kalau gadis ini tidak begitu pandai berdansa. Mati-matian Rigel menahan agar alisnya tidak terangkat atau bibirnya tidak menyunggingkan senyum merendahkan. Rakyat jelata. Sangat tidak sepadan bersanding dengannya.

"Avec plaisir, Mademoiselle," alih-alih memaki gadis itu, Rigel malah tersenyum dan menjawab dengan amat lembut. Rigel membimbingnya perlahan, membisikkan petunjuk demi petunjuk kemana gadis itu harus melangkah. "Hitung sesuai dengan temponya, akan lebih mudah. Satu, langkahkan kaki kananmu. Dua, tarik kaki kirimu jadi sejajar dengan kaki kanan dan bertumpu di atas ujung jari. Tiga, luruskan kakimu. Ulangi lagi dengan kaki yang satunya," Rigel tanpa lelah membisikkan petunjuk-petunjuk ke telinga Vionna. Selang beberapa waktu dia memberi petunjuk tentang posisi tangan. Tanpa lelah, katamu? Oh, droite. Capek rasanya berbicara terus menerus sambil tak berhenti bergerak. Semoga saja kerja kerasnya ini tak sia-sia—

—Ouch!!

NAH! Kan?! Apa Rigel bilang? Baru saja dia mengatupkan kedua bibirnya, gadis itu sudah salah melangkah, hingga Rigel menginjak kakinya. Kau pikir ini salah dia, heh?! Kau yang salah melangkah! Oh, ok. Ingat, Rigel. Jaga manner-mu. Ok. Baiklah.

"Perhatikan langkah pasanganmu juga. Kalau dia melangkah ke depan, maka kau melangkah ke belakang," alih-alih memakinya, Rigel melanjutkan instruksinya. Masih dengan senyuman lembutnya. Masih dengan suara menawannya. Well, dia kan Noir. Mengendalikan emosi seperti itu latihan kecil bagi Rigel yang selalu harus menahan emosi saat menghadapi Père-nya. Rigel mengerling sekitarnya. Tertangkap oleh sudut matanya sosok yang sangat familiar. Ann. Senior Hufflepuff-nya. Rigel tersenyum samar, nyaris tak terlihat, berharap Ann masih tetap di situ sebelum latihan dansa ini selesai. Ralat. Ann masih di situ setelah dansanya dengan Vionna selesai. Yep.

Teriakan ngebass yang membuat telinganya sakit tiba-tiba terdengar menggaung di Aula Besar. Rigel menghentikan dansanya, matanya mencari-cari siapa yang berteriak-teriak dengan tidak sopannya itu. Rigel langsung mual ketika melihat si pelaku. Oke, dia hantu yang lumayan. Badannya bagus. Tariannya oke. Tapi-jangan-suruh-dia-buka-mulut. Euh. Bikin mual saja. Ditambah lagi, Peeves si potergeist sinting itu mengajak seorang anak perempuan kelas satu yang tampaknya sudah mau menemui ajal terbang berputar-putar. Sedetik lagi para guru itu masih bengong menonton 'pertunjukan jalanan' hantu-hantu rendahan itu, maka anak kelas satu berjubah Hufflepuff itu akan menemui ajal. Atau mungkin itu yang lebih baik, agar dia bisa jadi hantu juga dan Peeves tak perlu susah payah menggendongnya.

"Well, lagunya sudah berganti. Sepertinya kau akan lebih menikmati berdansa dengan lagu yang lebih riang ini," jangan tanya kenapa Rigel berkata seperti itu. Dia sudah tahu apa jawaban yang akan diberikan oleh gadis itu. Tidak bisa berdansa waltz. Berarti bukan bangsawan. Berarti pula, dia akan lebih senang berjoget dengan lagu konyol seperti ini. Berjoget, bukan berdansa.

Lalu? Apa kau sudi berjoget cha-cha konyol seperti hantu bencong itu kalau Vionna mau berjoget cha-cha, Rigel?

Ha! Pikirmu? Seorang Noir mau berjoget seperti itu dan mempermalukan dirinya di depan publik? Tidak, terima kasih. Langkahi dulu mayatnya sebelum itu terjadi. Yang artinya tak akan pernah terjadi.

Then, what will you do, Rigel? Meninggalkan Vionna begitu saja?

Mmm.... hmmm.... Setelah kau sebutkan, sepertinya itu ide bagus. Kelihatannya Ann masih menunggu diajak seseorang. Atau, mungkin sebaiknya dia mengajak Jane? Oh, dan jangan lupa. Kau masih belum meminta seorangpun untuk diajak ke pesta dansa. Jangan lupa untuk meminta salah satu dari mereka, Rigel du Noir. Atau kau akan pergi tanpa pasangan.

Oh, well, Drake yang sok-tampan itu sudah mengganti kembali lagunya menjadi waltz. Ingin memperlihatkan kembali keahlian berdansanya pada semua orang? Peduli amat. Bukan urusan Rigel. Yang penting kedua hantu sinting itu sudah ditangani. Dan Rigel tak perlu mempertaruhkan martabat dan harga dirinya dengan berjoget tidak jelas di depan publik. Uh-oh. Kau lupa satu hal, Rigel. Kau masih berhadapan dengan Vionna.

Ha-ha. Pintar.


- Naturellement = of course.
- Avec plaisir = dengan senang hati.
- droite = right

Thread Latihan Dansa, Aula Besar, 1976. Post ke-2.

Interaksi dengan Vionna McKenzie, Janette Blizzard, Annabelle Roosevelt. Some Quotes and descriptions credit to those chara.

0 Comments:

Post a Comment



Newer Post Older Post Home