Hari sudah semakin sore ketika mereka akhirnya selesai belanja. Tidak, bukan mereka. Rigel-lah yang sudah selesai. Kedua kakaknya, Callista dan Clémence yang baru saja tiba, segera bergabung dengan Madame Noir, berburu jubah baru di toko jubah. Rigel hanya bisa memutar bola matanya melihat Mère dan kedua kakaknya memburu toko jubah seperti anak kecil memburu penjual es krim. Rigel sudah bosan hanya berdiri mematung tanpa mengerjakan apa-apa. Dia pamit pada Mère dan kedua kakaknya, ingin berjalan-jalan sendirian. Dia mengakui, Diagon Alley bukanlah tempat menarik dan bukan tempat yang cocok untuk berjalan-jalan. Tapi lebih baik daripada harus berdiri menunggui Mère dan kedua kakaknya berbelanja entah sampai kapan.
Semakin sore, jalanan ini semakin sepi. Amat sangat konrtas dengan Diagon Alley saat siang tadi, dimana jalanan penuh sesak dengan orang-orang dari segala macam usia, sampai Rigel merasa udara menyusut saking banyaknya orang yang menghirup udara yang sama di tempat yang sama. Jujur, Rigel lebih menyukai jalanan Diagon Alley saat sepi seperti ini. Dia bisa berjalan dengan santai, tanpa harus tertabrak orang lain atau tersenggol barang belanjaan orang lain. Seorang bangsawan memang seharusnya seperti ini. Sangat tidak pantas seorang bangsawan harus berdesak-desakan pula dengan orang lain.
Berbelok di tikungan dekat Toko Hewan Sihir, Rigel mendapati beberapa anak sedang berdiri berkerumun. Saling membandingkan hewan peliharaannya, mungkin. Rigel sedang tidak ingin masuk ke toko hewan dan menghirup aroma aneh lagi. Sudah cukup tadi dia hampir sesak napas di toko ramuan. Mungkin nanti dia akan membawa salah satu burung hantu yang dipelihara di Château saja. Cukup sebagai alat komunikasi. Rigel memang senang hewan, tapi dia tidak begitu rajin merawatnya. Rigel hanya senang bermain dengan mereka.
Seorang anak lelaki berambut hitam dengan bodohnya membuka sangkar burung hantu miliknya. Rigel menaikkan alis. Tidak berpikir kalau burung hantunya itu bisa terbang jauh dan kabur? Sungguh bodoh. Sejak tadi dia hanya bertemu dengan orang-orang bodoh. Bagaimana mungkin dia diharapkan bersekolah di sekolah yang penuh dengan Darah-Lumpur dan orang-orang bodoh?
Benar dugaannya. Burung hantu itu terbang seenaknya, menyerang reptil yang digendong seorang anak perempuan berambut hitam. Rigel ingat, ini anak yang duduk semeja dengannya saat pertama dia tiba di Leaky Cauldron. Anak dengan iguana hijaunya yang besar. Apa anak itu menambah peliharaannya lagi sekarang? Berani bertaruh, peliharannya yang lain pastilah reptil juga.
Anak perempuan itu tampaknya panik saat iguananya diserang. Rigel bergegas mendekat, dan membantu mengusir burung itu. Gadis itu marah-marah pada anak lelaki si pemilik burung hantu dan memaki-makinya.
"Kau juga bodoh, membuka sangkar burung hantumu begitu saja. Kalau dia kabur, kau akan menyesal seumur hidup sudah menyia-nyiakan uangmu," tambah Rigel.
Interaksi dengan Mikey Romanceheart dan Janette Blizzard (yang ikut banyak tapi Rigel hanya interaksi dengan kedua chara tersebut) Credits quote and some descriptions to those chara.
Labels: 1974, Diagon Alley, Disturbed Sanctuary