Entah sudah berapa lama Rigel berdiri termenung di tepi danau, matanya memandang kosong riak air yang memantulkan langit musim gugur. Makin menjelang musim gugur, cuaca semakin dingin, tapi dia lebih memilih berada di luar kastil daripada berada di dalam. Semakin lama, suasana di dalam kastil semakin mirip... Palais du Noir. Satu-satunya tempat yang dia rindukan saat ini, tempat dimana Rigel ingin sekali pulang. Istana tempat dia menghabiskan masa kecilnya, dimana setiap sudutnya sudah habis ia jelajahi, setiap sentinya sudah pernah dia datangi. Di musim gugur seperti ini, dia biasa menghabiskan waktu di pekarangan istananya, memetik buah apel atau beri, atau membantu Mère di kebun bunganya.
Rigel menutup matanya, menghirup angin yang membawa aroma musim gugur dalam-dalam. Mencoba memutar ulang kembali film kenangan akan dia dan Mère di Palais, sebagai pengobat rindu. Apa yang sedang dilakukan Mère saat ini? Siapa yang membantunya mengurus kebun bunganya sekarang? Ya Rigel tahu para peri rumahnya pasti akan dengan sigap membantu. Tapi mereka bukanlah manusia. Madame Noir tak bisa mengajak para peri rumah itu bercengkerama sementara mereka mengurus kebun bunga bersama. Itu yang dikhawatirkan Rigel, tak ada yang menemani Madame Noir mengobrol saat menjelang musim gugur seperti ini.
Tangan Rigel menggenggam erat sebuah perkamen dan amplop dengan segel lilin yang sudah terkoyak. Surat dari Callista. Callista dan Clémence sudah kembali ke Beauxbatons beberapa hari setelah Rigel berangkat ke Hogwarts. Rigel membuka lipatan perkamen itu lagi, dan membaca ulang surat dari kakaknya entah untuk yang keberapa kali. Bayangan tentang kedua kakaknya enggan pergi dari benaknya.
Kakinya melangkah menyusuri tepi danau. Rigel tersenyum-senyum sendiri membaca surat dari Callista. Kakaknya yang satu itu memang kocak, dan juga lugas. Tak bisa dipungkiri, dia juga merasa khawatir dengan Clémence. Tubuh Clémence memang lemah. Saat berada di Inggris pun, beberapa kali dia batuk-batuk kecil. Rigel gemas, dia benar-benar penasaran. Seberapa parah kondisi kakaknya itu sampai Père melarangnya kembali ke Inggris? Dia tak ingin memberatkan Clémence, sampai memaksanya kembali ke Inggris hanya demi bertemu dengannya di liburan musim panas. Haruskah dia yang menentang perintah Père dengan nekat kembali ke Perancis saat liburan musim panas?
Suara alunan musik menyadarkan Rigel dari lamunannya. Dia mengangkat kepalanya dari surat Callista, dan baru sadar kalau dia berada di tengah-tengah anak-anak lain. Kebanyakan perempuan, dan sepertinya mereka bukan anak setingkatnya. Rigel tidak melihat mereka saat Seleksi Asrama. Seorang memainkan biola dengan mendayu-dayu, diiringi petikan gitar gadis lain. Permainan mereka sangat bagus, membuat Rigel kembali tenggelam dalam kerinduannya pada Perancis, Mère dan kedua kakaknya.
Sosok seseorang menarik perhatiannya. Gadis dengan pena bulu pink dan jurnal yang sepertinya tak pernah lepas dari tangannya. Rigel yang biasa melihat gadis itu penuh senyum dan ceria, kini terheran-heran melihatnya terpekur memeluk lututnya. Que se produisent dedans ici? Semuanya terlihat bersedih, batinnya. Rigel paling tidak tahan bila melihat perempuan, terutama yang dikenalnya, bersedih. Rigel mendekati gadis itu, berusaha mengingat namanya yang disebut saat Malam Seleksi. Friday. Ya, itu namanya.
"Tidak biasanya kau murung seperti ini. Tersenyumlah seperti biasa, kecantikanmu tidak terpancar sempurna kalau kau murung," sapa Rigel pada Friday.
- Mon petit frère = Adik kecilku.
- Comment allez-vous? = Apa kabar?
- Au revoir. = Sampai jumpa.
- Votre belle soeur = Kakakmu tersayang
- Que se produisent dedans ici? = Apa yang terjadi di sini?
Rigel menutup matanya, menghirup angin yang membawa aroma musim gugur dalam-dalam. Mencoba memutar ulang kembali film kenangan akan dia dan Mère di Palais, sebagai pengobat rindu. Apa yang sedang dilakukan Mère saat ini? Siapa yang membantunya mengurus kebun bunganya sekarang? Ya Rigel tahu para peri rumahnya pasti akan dengan sigap membantu. Tapi mereka bukanlah manusia. Madame Noir tak bisa mengajak para peri rumah itu bercengkerama sementara mereka mengurus kebun bunga bersama. Itu yang dikhawatirkan Rigel, tak ada yang menemani Madame Noir mengobrol saat menjelang musim gugur seperti ini.
Tangan Rigel menggenggam erat sebuah perkamen dan amplop dengan segel lilin yang sudah terkoyak. Surat dari Callista. Callista dan Clémence sudah kembali ke Beauxbatons beberapa hari setelah Rigel berangkat ke Hogwarts. Rigel membuka lipatan perkamen itu lagi, dan membaca ulang surat dari kakaknya entah untuk yang keberapa kali. Bayangan tentang kedua kakaknya enggan pergi dari benaknya.
Mon petit frère,
Comment allez-vous? Apa kau sudah betah di sekolah barumu? Ayo, cerita padaku tentang sekolah barumu. Jangan sampai ada yang terlewat, ya! Sudah dapat teman di sana? Pasti kau hanya berteman dengan para gadis. Carilah teman sesama laki-laki, Rigel. Kalau bisa yang tampan, dan undang mereka ke Château du Noir saat liburan musim panas, jadi aku bisa bertemu dengan mereka, hahaha.
Clémence tidak ingin aku mengatakannya, tapi kupikir tidak baik menyembunyikannya darimu. Kau tahu kan, aku selalu jujur tentang segala hal padamu. Kondisi tubuhnya melemah sepulang dari Inggris, jadi sampai sekarang dia belum bisa kembali ke sekolah karena dirawat di rumah. Ini hanya ketakutanku, semoga saja tidak benar, tapi sepertinya Père tidak akan mengizinkan Clémence kembali lagi ke Inggris. Yeah, aku tahu ini juga demi Clémence, tapi kalau itu berarti kalian tidak bisa bertemu selamanya, aku tidak terima. Ini salahku juga, tidak menjaga Clémence dengan baik selama di Inggris kemarin. Tenang saja, aku akan berusaha bicara lagi dengan Père. Apapun akan kulakukan agar Père mengizinkan Clémence bisa kembali lagi ke Inggris. Tidak adil kalau hanya kalian berdua yang menanggung kesalahanku. Clémence menyukai Inggris, terutama ruang baca di Château du Noir. Tunggu kabar selanjutnya dariku, ok?
Jaga dirimu baik-baik disana, Mon petit frère. Jangan dekat-dekat dengan para Darah-Lumpur itu. Meski dia tampan, jangan berteman dengannya, apalagi mengundang dia ke rumah. Percuma saja, aku tak mau bertemu dengannya, hahaha. Au revoir. Kapan-kapan aku tulis surat lagi untukmu.
Votre belle soeur,
Callista
PS: Temanku baru tahu kalau kau tidak masuk Beauxbatons. Dia langsung bilang ingin pindah ke Hogwarts, hahaha. Enak saja, aku ogah kalau dia mengincarmu yang masih imut ini. Akan kupastikan dia tidak bisa pindah.
Kakinya melangkah menyusuri tepi danau. Rigel tersenyum-senyum sendiri membaca surat dari Callista. Kakaknya yang satu itu memang kocak, dan juga lugas. Tak bisa dipungkiri, dia juga merasa khawatir dengan Clémence. Tubuh Clémence memang lemah. Saat berada di Inggris pun, beberapa kali dia batuk-batuk kecil. Rigel gemas, dia benar-benar penasaran. Seberapa parah kondisi kakaknya itu sampai Père melarangnya kembali ke Inggris? Dia tak ingin memberatkan Clémence, sampai memaksanya kembali ke Inggris hanya demi bertemu dengannya di liburan musim panas. Haruskah dia yang menentang perintah Père dengan nekat kembali ke Perancis saat liburan musim panas?
Suara alunan musik menyadarkan Rigel dari lamunannya. Dia mengangkat kepalanya dari surat Callista, dan baru sadar kalau dia berada di tengah-tengah anak-anak lain. Kebanyakan perempuan, dan sepertinya mereka bukan anak setingkatnya. Rigel tidak melihat mereka saat Seleksi Asrama. Seorang memainkan biola dengan mendayu-dayu, diiringi petikan gitar gadis lain. Permainan mereka sangat bagus, membuat Rigel kembali tenggelam dalam kerinduannya pada Perancis, Mère dan kedua kakaknya.
Sosok seseorang menarik perhatiannya. Gadis dengan pena bulu pink dan jurnal yang sepertinya tak pernah lepas dari tangannya. Rigel yang biasa melihat gadis itu penuh senyum dan ceria, kini terheran-heran melihatnya terpekur memeluk lututnya. Que se produisent dedans ici? Semuanya terlihat bersedih, batinnya. Rigel paling tidak tahan bila melihat perempuan, terutama yang dikenalnya, bersedih. Rigel mendekati gadis itu, berusaha mengingat namanya yang disebut saat Malam Seleksi. Friday. Ya, itu namanya.
"Tidak biasanya kau murung seperti ini. Tersenyumlah seperti biasa, kecantikanmu tidak terpancar sempurna kalau kau murung," sapa Rigel pada Friday.
- Mon petit frère = Adik kecilku.
- Comment allez-vous? = Apa kabar?
- Au revoir. = Sampai jumpa.
- Votre belle soeur = Kakakmu tersayang
- Que se produisent dedans ici? = Apa yang terjadi di sini?
Thread You're Still The One, Danau, 1974 (Best Thread). Post ke-1.
Interaksi dengan Friday BonClay (peserta thread banyak).
Interaksi dengan Friday BonClay (peserta thread banyak).
Labels: 1974, Danau, You're Still The One
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)